Siapa saja sahabat-sahabati yang disini pernah memiliki fikiran untuk mengidolakan salah satu tokoh bernama Mahbub Djunaidi ? Mungkin, sem...
Siapa saja sahabat-sahabati yang disini pernah memiliki fikiran untuk mengidolakan salah satu tokoh bernama Mahbub Djunaidi? Mungkin, semasa kita sekolah, dulu dikenalkan oleh banyak tokoh besar serta populer layaknya Soekarno, Moh. Hatta, Jenderal Soedirman, Tuanku Imam Bonjol, Bung Tomo, dan lain-lain.
Bisa jadi kita tidak menemukan nama Mahbub Djunaidi dalam sederet nama tokoh besar tersebut. Atau bahkan sahabat-sahabati baru pertama kali mendengar nama beliau? Semoga saja pertanyaan tersebut tidak benar adanya.
Baiklah, disini kita akan mengulik sedikit tentang sisi lain dari Mahbub Djunaidi. Dimulai dari Mahbub Djunaidi dikenal khalayak sebagai wartawan-sastrawan, agamawan, organisatoris, kolumnis, politikus dan masih banyak lagi gelar yang disandangnya.
Sosoknya sering mendapatkan julukan “Pendekar Pena” dari kalangan penulis besar kala itu, salah satunya juga beliau pernah saling kritik dengan Gus Dur. Bahkan sosok presiden pertama kita, Presiden Soekarno pun kagum dan terkesan berkat tulisannya.
Kenapa Dia (Mahbub Djunaidi) bisa dijuluki sebagai “Pendekar Pena”? barang tentu ada musababnya. Banyaknya tulisan-tulisan beliau yang sangat nyaring dan tajam tentang kritik social menjadi semakin kentara. Ditambah dengan gaya penulisannya yang satire dan humoris.
Tak berhenti disitu saja, Dia (Mahbub Djunaidi) pernah menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Selain itu dia juga dipercaya memimpin keredaksian koran Duta Masyarakat. Bisa dikatakan beliau hidup dari tulisan-tulisannya.
Rasanya tak Afdhol jika kita menggulik tentang Mahbub Djunaidi namun tak mengenal buku-buku beliau. Pertama ada buku yang berjudul Humor Jurnalistik lalu ada buku yang berjudul Kolom Demi Kolom, Asal Usul, Angin Musim, Dari Hari ke Hari dan masih banyak buku yang beliau tulis dan diterjemahkannya, sehingga sahabat-sahabati bisa membaca dan mengetahuinya sampai hari ini.
Ia memang tak sepintar Moh. Hatta, ia juga tak seheroik Bung Karno. Namun ia mampu menjadi besar dengan jalannya sendiri. Ia mampu menjadi pendekar yang tak harus kondang, tapi bermanfaat bagi umat dan rakyat.
Sayang sekali jika kita sebagai warga pergerakan tidak mengulik atau bahkan mengetahui sosoknya lebih dalam. Kita sebagai warga pergerakan dan pewaris pemikiran-pemikiran beliau seyogyanya perlu mengabarkan kepada sahabat-sahabati bahwa membaca, menulis dan berdiskusi merupakan kewajiban. Layaknya bung Mahbub yang mendedikasikan hidupnya dengan bergumul dengan tulisan.
Perlu diingat juga bahwa narasi ini hanyalah sebuah pemantik bagi sahabat-sahabati agar lebih kepo terhadap sosok Mahbub Djunaidi. Sebab beliau bukan hanya sebagai ketua umum pertama PMII namun banyak hal yang bisa digali oleh sosoknya. [Tim Riset PC PMII Kota Semarang]
Bisa jadi kita tidak menemukan nama Mahbub Djunaidi dalam sederet nama tokoh besar tersebut. Atau bahkan sahabat-sahabati baru pertama kali mendengar nama beliau? Semoga saja pertanyaan tersebut tidak benar adanya.
Baiklah, disini kita akan mengulik sedikit tentang sisi lain dari Mahbub Djunaidi. Dimulai dari Mahbub Djunaidi dikenal khalayak sebagai wartawan-sastrawan, agamawan, organisatoris, kolumnis, politikus dan masih banyak lagi gelar yang disandangnya.
Sosoknya sering mendapatkan julukan “Pendekar Pena” dari kalangan penulis besar kala itu, salah satunya juga beliau pernah saling kritik dengan Gus Dur. Bahkan sosok presiden pertama kita, Presiden Soekarno pun kagum dan terkesan berkat tulisannya.
Kenapa Dia (Mahbub Djunaidi) bisa dijuluki sebagai “Pendekar Pena”? barang tentu ada musababnya. Banyaknya tulisan-tulisan beliau yang sangat nyaring dan tajam tentang kritik social menjadi semakin kentara. Ditambah dengan gaya penulisannya yang satire dan humoris.
Tak berhenti disitu saja, Dia (Mahbub Djunaidi) pernah menjadi ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Selain itu dia juga dipercaya memimpin keredaksian koran Duta Masyarakat. Bisa dikatakan beliau hidup dari tulisan-tulisannya.
Rasanya tak Afdhol jika kita menggulik tentang Mahbub Djunaidi namun tak mengenal buku-buku beliau. Pertama ada buku yang berjudul Humor Jurnalistik lalu ada buku yang berjudul Kolom Demi Kolom, Asal Usul, Angin Musim, Dari Hari ke Hari dan masih banyak buku yang beliau tulis dan diterjemahkannya, sehingga sahabat-sahabati bisa membaca dan mengetahuinya sampai hari ini.
Ia memang tak sepintar Moh. Hatta, ia juga tak seheroik Bung Karno. Namun ia mampu menjadi besar dengan jalannya sendiri. Ia mampu menjadi pendekar yang tak harus kondang, tapi bermanfaat bagi umat dan rakyat.
Sayang sekali jika kita sebagai warga pergerakan tidak mengulik atau bahkan mengetahui sosoknya lebih dalam. Kita sebagai warga pergerakan dan pewaris pemikiran-pemikiran beliau seyogyanya perlu mengabarkan kepada sahabat-sahabati bahwa membaca, menulis dan berdiskusi merupakan kewajiban. Layaknya bung Mahbub yang mendedikasikan hidupnya dengan bergumul dengan tulisan.
Perlu diingat juga bahwa narasi ini hanyalah sebuah pemantik bagi sahabat-sahabati agar lebih kepo terhadap sosok Mahbub Djunaidi. Sebab beliau bukan hanya sebagai ketua umum pertama PMII namun banyak hal yang bisa digali oleh sosoknya. [Tim Riset PC PMII Kota Semarang]
COMMENTS