KOPRI PMII Komisariat Walisongo akan menjadi sentral gerakan perempuan dengan visi berdikari dalam Berbudaya, Berwawasan, dan Berkemajuan .
KOPRI Komisariat Walisongo Semarang. (Foto dari kiri ke kanan: Ria Dhatul Liana, Zulfa Anisah, Rizka Oktavia, Shella Yulia Rosalina, S. Fitriatul Maratul Ulya) |
Semarang, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat UIN Walisongo Semarang telah melaksanakan Rapat Tahunan Komisariat (RTK) ke- XLVIII di Gedung PPP Jawa Tengah, mangkang – Kota Semarang. Acara akbar tersebut dimulai pada hari Sabtu kemaren (25/11) dan dihadiri para kader PMII di lingkungan walisongo. Acara yang rencananya akan berakhir pada Minggu malam (26/11) ini dimulai dengan Sarasehan Kaderisasi.
Dalam sidang Laporan Pertanggung-Jawaban (LPJ), yang dilakukan pada sabtu malam sampai Minggu pagi (pukul 23:25 - 08:55 WIB), pihak Pengurus Komisariat mendapat kritikan dari Kader PMII Komisariat Walisongo. Salah satu Lembaga yang mendapat kritikan tersebut adalah Lembaga Korps PMII Putri (KOPRI). Kritikan pada Lembaga KOPRI tersebut datang dari berbagai Rayon di Walisongo.
Iswari, Kader PMII Rayon Abdurahman Wahid Komisariat UIN Walisongo Semarang, menyayangkan kinerja KOPRI Komisariat UIN Walisongo Periode 2016-2017 yang tidak mampu merealisasikan 3 program kerja selama satu periode (satu tahun).
“Hal itu sangat disayangkan, sebab program kerja yg dirancang sudah menjadi konsep matang, sudah menjalin kerjasama dg lembaga-lembaga terkait. Hal ini tentu mengecewakan kader PMII, terutama kader-kader Putri yang masih meyakini bahwa KOPRI Komisariat UIN Walisongo mampu menjadi sentral gerakan perempuan PMII di Semarang,” tutur Iswari.
Siti Fitriatul Maratul Ulya, ketua KOPRI Komisariat UIN Walisongo, menyampaikan kepada Redaksi PMII Semarang, bahwa lembaga KOPRI mempunyai 6 program kerja yang harus diselesaikannya dalam waktu satu tahun ini, yaitu: Sekolah Islam Gender (SIG), Dialog Keperempuanan Bersama BP3AKB, KOPRI Ngo-Peace, Pekan Budaya Perempuan Pergerakan, Sekolah Perempuan Pemikir politik, dan Debat Perempuan Pembaharu. Ketiga proker pertama terlaksana, dan selebihnya tidak terlaksana.
Kritikan terhadap KOPRI ini juga datang dari salah satu Kader PMII Rayon Dakwah Komisariat UIN Walisongo, Fuad. Fuad memberi tanggapan kepada Lembaga KOPRI saat LPJ Berlangsung.
“Dari 6 Program kerja KOPRI Komisariat UIN Walisongo, hanya 3 yang terealisasi. KOPRI Komisariat UIN Walisongo Periode 2016-2017 memiliki kemajuan, meski tidak mampu membuat perubahan signifikan terhadap kemampuan untuk mengakomodir seluruh kader Putri, namun KOPRI Komisariat UIN Walisongo Periode ini mampu menarasikan peran dan peta kader perempuan dlm berproses di PMII kedepannya,” kritik Fuad kepada KOPRI.
Tidak ketinggalan, Kader PMII Rayon Ushuluddin, Sareadi, juga memberikan tanggapan kepada Lembaga yang menaungi kader PMII putri tersebut.
“KOPRI Komisariat UIN Walisongo Periode ini tidak mampu mendelegasikan kader putra untuk mengikuti SKK (Sekolah Kader KOPRI). Hal ini menjadi kekecewaan beberapa kader Putra yang mengikuti jenjang SIG (Sekolah Islam Gender). Tujuannya memang bukan mengikuti jenjang kaderisasi KOPRI, namun, kesadaran dan partisipasi kader putra dlm membangun semangat berproses kader Putri tentu sangat diperlukan. Sebab, tidak ada kritik terbaik selain dari sahabat terdekat,” tutur Sareadi.
Menanggapi semua itu, Fifit (sapaan akrab Ketua KOPRI PMII Komisariat Walisongo) menjelaskan:
“Tidak terealisasinya 3 program kerja bukan semata-mata karena kebodohan pengurus KOPRI. Dinamika kepengurusan KOPRI yang menyusut drastis 3 bulan awal setelah pelantikan menyebabkan SDM KOPRI Komisariat Walisongo tidak mampu menjalankan program yang telah di rencanakan dengan matang,” jawab Fifit kepada ketiga pengkritiknya itu.
Lebih lanjut, Fifit menjelaskan, “Upaya-upaya untuk mensiasati merosotnya anggota tentu tidak berhenti hanya pada tataran KOPRI Komisariat melainkan menjalin koordinasi dengan masing-masing Rayon. Meski demikian, kepengurusan di Rayon dalam beberapa kali rapat koordinasi juga tidak mampu konsisten untuk ikut mensukseskan agenda KOPRI sebab memiliki fokus tugas di masing-masing Rayonnya sendiri.”
Ketika Redaksi mewawancarai ketua KOPRI Komisariat UIN Walisongo tersebut, terkait harapan KOPRI kedepannya, Fifit menjelaskan harapannya dengan nada optimis.
“Harapannya, KOPRI Komisariat UIN Walisongo kedepannya akan menjadi sentral gerakan perempuan yang lebih baik. Memiliki visi berdikari dalam Berbudaya, Berwawasan, dan Berkemajuan. Warisan terbaik adalah sistem. Maka, KOPRI Komisariat UIN Walisongo 2016-2017 telah mewariskan beberapa program kerja yang telah dikonsep, disusun, dan telah menjalin hubungan baik dengan Lembaga-Lembaga Keperempuanan di kota Semarang. Sistem yang kami wariskan tentu bukan konsep mentah dan remeh-temeh. Maka, langkah awal untuk menuju Kopri yang lebih kompeten dan kredibel adalah melakukan maping gerakan yang telah disusun.”
Fifit melanjutkan, “Dan komitmen ketua Kopri Komisariat Walisongo Semarang adalah menanamkan nilai-nilai, norma-norma, serta menerapkan gagasan/ide pikiran untuk seluruh kader perempuan. Maka, komitmen itu terus tertanam dan harus dengan gerakan nyata dg meneruskan perjuangan di KOPRI PC PMII Kota Semarang.” [Red.]
COMMENTS