Semasa kecil Tjokro mengenyam dua model pendidikan, yakni pendidikan formal ala Belanda dan pendidikan non formal kegamaan. Dua corak model pendidikan itulah yang kelak akan mempengaruhi perkembangan pemikiran Tjokro di kemudian hari.
Siapa itu Tjokroaminoto? Nama lengkapnya adalah Oemar Said Tjokroaminoto, dia merupakan seorang keturunan bangsawan Jawa. Sebagai seorang bangsawan, dia meninggalkan atribut feodalisme dengan menolak dipanggil Raden. Semasa kecil Tjokro mengenyam dua model pendidikan, yakni pendidikan formal ala Belanda dan pendidikan non formal kegamaan. Dua corak model pendidikan itulah yang kelak akan mempengaruhi perkembangan pemikiran Tjokro di kemudian hari. (Amelz : 1952: 45)
Selepas menyelesaikan pendidikan formalnya, Tjokro kemudian menjadi Pangreh Praja kesatuan administratif bumi putera di Ngawi. Karena Tjokro melihat penindasan dan kesewenangan dalam sistem feodal yang ada, maka Tjokro memutuskan berhenti menjadi pangreh praja. Setelah keluar dari pekerjaan menjadi pegawai negeri, Tjokro aktif dalam berbagai kegiatan pergerakan. Lewat pergerakan untuk melawan penjajahan, Tjokro mulai bersinggungan dengan berbagai macam buku-buku karya Marx, hegel dan Engels. Selain bersinggungan dengan literatur barat, Tjokro juga melahap berbagai buku karya pemikir Islam seperti, Sayyid Qutb, Muhammad Iqbal dan Jamaludin Al Afghani. Dua corak pemikiran (sosialisme dan Islam) yang mempengaruhi Tjokro, menjadikan dia menjadi sosok yang religius dan revolusioner.
Selain aktif terlibat dalam berbagai organisasi gerakan, Tjokro juga bersedia menjadi induk semang pemuda-pemuda yang sedang menempuh studi di Surabaya. Rumah Tjokro menjadi asrama para pemuda progresif yang kelak menjadi para pendiri bangsa. Selain menyediakan rumah sebagai asrama, Tjokro sekaligus menjadi Bapak dan Guru bagi para pemuda-pemuda tersebut. (Budi Setyarso,dkk: 2013: 44-45). Diantara para pemuda yang pernah menjadi anak asuh sekaligus murid Tjokro yakni Soekarno, Tan Malaka, Moeso, Alimin, SM Kartosoewiryo. Kelak, selepas dari asuhan Tjokro, pemuda tersebut tumbuh menjadi pemuda-pemuda revolusioner dengan kecenderungan pandangan politik yang beragam. Tjokro adalah Guru dari para pemuda pejuang yang kemudian menjadi Nasionalis, Sosialis-Komunis, Islamis,dll. Maka kemudian, Tjokro sering disebut sebagai Maha Guru dari Para Pendiri Bangsa.
Memimpin Sarekat Islam
Bagaimana kiprah Tjokroaminoto di Sarekat Islam? Tjokro dan Sarekat islam adalah dua entitas yang tidak bisa dilepaskan. Sosok Tjokro dalam tubuh Sarekat Islam telah melampau pendiri Sarekat Islam itu sendiri, yakni Hadji Samanhoedi. SI semula didirikan Samanhoedi untuk mengatasi masalah persaingan niaga antara bumiputera dengan orang cina. Selain itu, pedagang bumiputera juga resah dengan pedagang ningrat yang feodal. (Deliar Noer: 1973). Sedang versi lain mengatakan SI berdiri karena dilatarbelakangi perkumpulan ronda pedagang pribumi yang ingin mengamankan dagangan mereka. Kelak perkumpulan yang bernama Rekso Roemekso justru berkonflik dengan perkumpulan pedagang china. (Takashi Siraishi: 1990).Tahun 1912, SI dideklarasikan oleh Samanhoedi. Di tahun itu pula Tjokroaminoto bergabung dan memimpin terbitan “Oetoesan Hindia” milik Sarekat Islam. Pada Kongres kedua SI Maret tahun 1913, Tjokro terpilih menjadi Wakil dari Samanhoedi. Kongres ketiga SI tahun 1914 menjadi titik balik bagi karir Tjokro. Pada ongres yang dihadiri 80 Cabang (Afdelling) SI, Tjokro berhasil meraih tampuk kepemimpinan dengan menyingkar kubu Samanhoedi. Sejak saat itulah Tjokroaminoto memimpin Sarekat Islam.
Di bawah kepemimpinan Tjokroaminoto yang bergerak di bawah “perlindungan” Pemerintah Belanda, SI tumbuh sangat pesat. SI pada tahun 1916 telah memiliki lebih 180 cabang dengan 700.000 anggota, dua puluh kali lipat dari awal SI berdiri. (Budi Setyarso, dkk : 2013: 2-3). Sayangnya, Progresifitas SI tidak diikuti oleh Boedi Oetomo yang lebih awal didirikan pada tahun 1908. Boedi Oetomo Justru tenggelam dan kehilangan pengikut karena sifat organisasi yang elitis dan didominasi kaum bangsawan.
Sarekat Islam telah membawa Tjokro menjadi salah satu tokoh gerakan yang sangat berpengaruh dan mulai diperhitungkan Pemerintah Belanda. Di Sarekat islam ini pula, Tjokro bersinggungan dengan Tokoh pemikir SI yang lain seperti, Agus Salim, Natsir dan yang lain. Nuansa Islam begitu kental terasa di SI, tetapi semangat perjuangan revolusioner yang menggelora di negara terjajah (dunia ketiga) juga mengimbanginya. Kolaborasi Religiusitas dan Sosialisme yang mewarnai SI tersebut barangkali juga sangat dipengaruhi arah pemikiran Sang Pemimpin (Tjokroaminoto) sendiri.
Pengaruh SI begitu terasa sampai ke masyarakat akar rumput yang mereka tidak menjadi anggota. Puja puji terhadap sosok Tjokro datang silih berganti dari seluruh penjuru Jawa. Sosok Tjokro mulai dimistifikasi menjadi sosok Ratu Adil, sosok pemimpin yang diramalkan akan membawa kemakmuran dan kesejahteraan dalam ramalan Jangka Jayabaya. Pemerintah Belanda juga tak luput memberikan gelar “Raja Tanpa Mahkota” karena mengganggap sosok Tjokro adalah sosok yang dipatuhi massa rakyat meskipun tanpa menjadi Raja.
Kharisma dan pengaruh Tjokroaminoto ternyata tak mampu mencegah Sarekat Islam dari perpecahan internal. Hal ini terbukti saat kongres SI di Batavia tahun 1917, Kelompok SI Semarang yang dipimpin Semaoen berbeda pandangan dengan CSI. Akhirnya, SI pecah menjadi dua kubu yang sering disebut dengan SI Merah dan SI Putih. SI merah pimpinan Semaoen kelak menjadi PKI (Partai Komunis Indonesia) pada tahun 1920. (Infografis Tempo edisi khusus Tjokroaminoto)
Setelah perpecahan tahun 1917, kekuatan SI berkurang drastis. Tjokro kemudian justru mendirikan Tentara Kanjeng Nabi Muhammad tahun 1918. Pada tahun itu Tjokro juga masuk menjadi anggota Dewan Rakyat (Volkstraad). Hal tersebut disayangkan banyak pihak, Tjokro dianggap terlalu kompromistis dengan Belanda. Masuknya Tjokro di Dewan Rakyat dinilai mencederai semangat perjuangan melawan penjajahan Belanda. Tahun 1920 CSI pimpinan Tjokro mengalami perpecahan kembali, kubu Agus Salim memindahkan pusat CSI ke Yogyakarta. Tahun berikutnya Tjokro justru masuk penjara, hal tersebut berdampak pada merosotnya pengaruh SI. Organisasi-organisasi non kooperatif semacam PKI, PNI tumbuh menggantikan SI yang redup dan tenggelam.
Sosialisme Islam ala Tjokro
Bagaimana rumusan Sosialisme Islam Tjokroaminoto? Sosialisme menurut Tjokroaminoto adalah kehendak dan perlindungan terhadap kepentingan masyarakat, hak-hak masyarakat, dan kewajiban masyarakat di atas kepentingan pribadi atau segolongan kecil manusia. (Tjokroaminoto: 1963: 9).Benih sosialisme diyakini telah muncul dalam tatanam masyarakat Yunani Kuno. Plato filosof Yunani abad 4 SM dianggap sebagai bapak Sosialisme, hal ini didasarkan pada pemikiran Plato mengenai kesenjangan ekonomi penduduk di wilayahnya. Plato menginkan adanya pemerataan agar kesejahteraan dan kemakmuran dapat dinikmati seluruh warga kota. ( George Lukacs: 2010:158). Sosialisme purba kemudian berkembang semakin pesat. Agama-agama samawi dianggap juga memuat unsur-unsur sosialisme lewat cita-cita keadilan sosial dan kesetaraan. Al Quran kitab suci Agama Islam diyakini memuat nilai sosialisme, misalnya dalam surat At Takatsur dan Al Humadzah yang mengkritik sikap ekonomi individualistik.Sosialisme modern muncul selepas revolusi industri Inggris abad 16, kemudian menguat setelah revolusi Perancis abad 17. Sosialisme modern membawa semangat perjuangan berdasarkan kelas ekonomi. Karl Marx, pemikir terbesar sosialisme mendasarkan teorinya pada kesadaran kelas pekerja (proletariat) untuk melawan kelas penguasa (borjuis). Sosialisme ala Marx kemudian berkembang pesat sehingga varian sosialisme ala Marx disebut sebagai Marxisme.
Pengaruh sosialisme di Eropa (barat) ternyata juga sampai di dunia Islam. Pemikir semacam Muhammad Iqbal dan Muhammad Heikal, keduanya berpendapat bahwa dalam Islam ajaran yang sejalan dengan pokok-pokok sosialisme modern. (Saiful Arif:2003:71). Varian sosialisme yang menjadi dasar sosialisme ala Tjokroaminoto adalah Islam. Sosialisme yang diambil dari nilai-nilai ajaran Islam dalam Al Quran dan Hadist sebagai sumber utama hukum Islam.
Tjokroaminoto tidak memungkiri bahwa cita-cita sosialisme tidak hanya keinginan untuk mencapai sebuah kesejahteraan akan tetapi juga dipengaruhi sebuah landasan tujuan keagamaan yang kuat, begitu juga dalam Islam. Tjokroaminoto dalam bukunya “Islam dan Sosialisme” menyatakan bahwa cita-cita sosialisme dalam Islam telah ada dalam praktik kehidupan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, dengan begitu pada dasarnya konsep sosialisme dalam Islam telah muncul sebelum gagasan sosialisme di barat. (Tjokroaminoto:1963). Tjokro bermaksud menggali lagi nilai-nilai Islam atau asas Islam untuk memberikan jalan keluar atau solusi terhadap permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia, terutama permasalahan untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan.
Tjokro berpendapat bahwa nilai-nilai agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW harus kita gali dan tafsirkan kembali sehingga dapat kita implementasikan dalam kehidupan Kebangsaan. Menurutnya nilai-nilai Islam tidak hanya mengatur hubungan umat manusia, tetapi juga mengatur persoalan ekonomi, politik dan sosial (Tjokroaminoto: 1963:6). Pada intinya, pokok pemikiran Sosialisme Islam menurut pengertian Tjokroaminoto adalah memfungsikan dan memposisikan agama Islam sebagai kekuatan revolusioner untuk membebaskan rakyat tertindas baik secara kultural maupun politik. (Tjokroaminoto: 1963:41)
Tjokro memberikan pengertian dasar sosialisme sebagaimana Nabi Muhammad SAW. Menurutnya, ketika budi pekerti rakyat telah baik dan bagus, secara otomatis mereka akan dengan sendirinya memahami arti kebersamaan dan tidak mementingan kepentingan golongan atau kelompok. Nabi Muhammad SAW adalah seorang tokoh revolusioner (sociale hervormer) yang sangat berpengaruh di masanya. Nabi Muhammad SAW adalah pembebas bagi perbudakan, pelopor kesetaraan, dan keadilan sosial. Menurut Tjokro, Nabi Muhammad SAW adalah teladan (role model) perubahan sosial yang pada masa itu melawan tatanan feodal yang sewenang-wenang dan menindas.
Unsur-unsur sosialisme telah diterapkan Nabi Muhammad SAW ketika beliau memegang kekuasaan dan agama, beliau mengatur negara secara sosialis. Tanah dijadikan milik negara, perbudakan yang selama ratusan tahun menjadi tradisi masyarakat Arab dihapuskan. Islam menentang keras penghisapan terhadap kaum buruh, memakan hasil pekerjaan orang lain, mengambil untung secara berlebihan. Bagi Tjokro, Islam adalah agama yang menganjurkan peperangan terhadap kapitalisme sampai ke akar. Konsepsi riba bagi Tjokro adalah wujud dari kapitalisme yang harus dibasmi. Kewajiban zakat adalah ajaran Islam untuk menanamkan nilai kepedulian sosial bagi sesama umat yang miskin. Umat Islam dilarang untuk bersikap individualis, umat Islam dianjurkan untuk memperkokoh persaudaraan dan menanamkan sikap tolong menolong (kolektifisme).
Gagasan Sosialisme Islam yang dibawa Tjokroaminoto adalah sosialisme yang religius. Hal itu dibuktikan rumusan program kerja Sarekat Islam yang dia susun:
“Agama Islam itu membuka rasa pikiran perihal persamaan derajat manusia sambil menjunjung tinggi kepada kuasa negeri, dan bahwasanya itulah (Islam) sebaik-baik agama untuk mendidik budi pekertinya rakyat. Agama sebaik-baiknya daya upaya yang boleh dipergunakan agar jalannya budi akal masing-masing orang itu ada bersama budi pekerti. Sedangkan negeri atau pemerintah hendaklah tiada terkena pengaruh percampuran barang suatu agama, melainkan hendaklah melakukan satu rupa pemandangan di atas semua agama itu. Sarekat Islam, tidak mengharapkan sesuatu golongan rakyat berkuasa di atas golongan rakyat yang lain. Ia mengharapkan hancurnya kuasa satu kapitalisme jahat (zondig kapitalism) dan memperjuangkan agar tambah pengaruhnya segala rakyat dan golongan rakyat yang lain. Di atas jalannya pemerintahan dan kuasanya pemerintah yang perlu akhirnya mendapat kuasa sendiri (zelf bestuur).”(Amelz : 1952 : 56)
Sosialisme Islam ala Tjokroaminoto dilandasi atas pembacaan dia pada ayat-ayat Al Quran (34 ayat) yang dijadikan rujukan pemikiran sosialisme Islam Tjokroaminoto. (Darussalam: 2013:43). Menurut Tjokro sosialisme yang harus diterapkan dalam masyarakat Islam adalah sosialisme yang berlandaskan filsafat dan agama. Karena muara dari sosialisme Islam adalah keselamatan dunia dan akhirat.
Sosialisme Islam Tjokro berawal dari keresahan akan imperialisme dan kapitalisme Belanda atas Indonesia. Imperialisme tersebut membawa carut marut ekonomi rakyat, penguasaan tanah, monopoli dagang perbudakan, kerja paksa. Kunci jalan keluar dari segala masalah Indonesia adalah dengan menerapkan dua hal; staats socialism (sosialisme negara) dan industrie socialism (sosialisme industri). (Tjokroaminoto: 1963: 14). Kedua hal tersebut menurut Tjokro telah diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW semasa menjadi pemimpin negara dan agama. Umat Islam harus menentang penindasan seperti yang dicontohkan Nabi ketika menghapuskan perbudakan, Nabi memerintahkan umat Islam untuk memberi makan dan pakaian budak seperti apa yang kita makan dan kenakan. Kemudian Nabi memerintahkan untuk memerdekaan budak sebagai salah satu bagian dari ajaran Islam mengenai kesetaraan seluruh umat manusia. (Tjokroaminoto: 1963: 34).
Menurut Tjokro, sifat rakus dan tamak menyebabkan rakyat kehilangan solidaritas dan persaudaraan. Sesama manusia satu dengan yang lain tidak mau tolong menolong dan saling menuruti nafsu individu. Untuk itulah negara harus membangun masyarakatnya dengan sistem demokratis yang di dalamnya memuat nilai-nilai sosialisme.
Nilai-nilai sosialisme dalam Al Quran
Tjokro menggali sosialisme dari ayat-ayat Al Quran, diantaranya: Kaanannaasu ummmatan wahidan (sesungguhnya seluruh umat manusia itu satu kesatuan). Maka menurut Tjokro, umat manusia harus saling bantu membantu (kolektifisme) atau bersama-sama untuk mencapai keselamatan. Islam harus membawa keselamatn bagi semua, seperti dalam hadist Nabi; Afdhalul mukminina islaman man salimal muslimuna min lisanihi wa jadihi, (orang mukmin yang teranggap utama dalam menjalankan agama islam, ialah mereka yang mempunyai tabi’at selamat yang menyelamatkan sekalian orang Islam, karena daripada bicara dan tangannya). (Tjokroaminoto: 1963 : 24).Ajaran Islam yang terkandung dalam Al Quran dan Hadist menurut Tjokroaminoto selaras dengan semangat sosialisme. Apalagi jika kita mempertautkan antara beberapa amalan Islam seperti zakat dan sedekah dengan nilai-nilai sosialisme, maka kita akan menemukan kesesuaiannya. Ajaran Islam telah memenuhi 3 unsur sosialisme; kemerdekaan (vrijheid-liberty), persamaan (gelikheid-liberty), dan persaudaraan (broederscaap-liberty).
Sosialisme Islam vs Sosialisme Marxis
Apa perbedaan sosialisme Islam dan sosialisme Marxis? Sosialisme Islam dan Sosialisme marxis sama-sama berupaya untu mencapai kesejahteraan bersama melalui kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan. Tetapi kedua varian sosialisme tersebut memiliki perbedaan yang tajam. Sosialisme Islam mengambil dasar pijakan pada Kitab Suci Agama Islam sebagai rujukan utama. Teks-teks ayat suci Al Quran dianggap memiliki nilai-nilai sosialisme yang wajib diamalkan umat Islam. Sosialisme Islam juga mengambil teladan penerapan sosialisme pada kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan pemimpin setelahnya. Sosialisme Islam kental sekali dengan muatan moralitas, pengkombinasian nilai-nilai religiusitas, ketuhanan dengan sosialisme.Hal ini berbanding terbalik dengan sosialisme marxis, sosialisme marxis didasarkan pada pemikiran Karl Max. Pemikiran Marx bertumpu pada determinisme ekonomi, pertentangan kelas dan penguasaan alat produksi. Pendekatan sosialisme marxis cenderung menggunakan kekuatan massa. Sosialisme marxis dalam beberapa hal juga antipati terhadap ajaran agama yang dianggap sebagai biang keladi dari pasifisme rakyat. Agama dalam perspektif marxisme justru jadi pintu masuk bagi para oknum tokoh agama untuk melanggengkan penindasan, membungkam perlawanan.
Kritik atas sosialisme Islam Tjokro
Sosialisme Islam yang diusung Tjokroaminoto belum menyentuh esensi dari kaum tertindas, perjuangan yang diusung Tjokro masih parsial dan tidak tuntas. Terlebih pendekatan yang dilakukan oleh Tjokro adalah pendekatan moralitas. Kedekatan Tjokro dengan pemerintah Belanda karena sikap kooperatifnya dianggap juga mencederai semangat sosialisme yang harusnya tidak kompromistis dengan musuh. Tjokro selama masa kepemimpinan di SI juga pernah terlibat dalam skandal keuangan. Tjokro dan istrinya justru bersikap amoral dengan mempertontokan gaya hidup mewah yang hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai sosialisme. Sosialisme Islam yang diperjuangkan tjokro justru ia ciderai sendiri dengan sikapnya.Kemudian menyoal penggalian nilai-nilai sosialisme dalam Al Quran yang dalam buku Islam dan sosialisme Tjokro, ayat-ayat yang dijadikan pijakan masih bersifat sangat umum dan kurang relevan dengan semangat sosialisme. Justru beberapa ayat yang relevan, misalnya surat Al Humazah justru luput dari pembahasan Tjokro. Padahal ayat tersebut memuat kritik terhadap praktek penumpukan kekayaan. Model penumpukan kekayaan, sumber daya adalah jenis kapitalisme purba yang dilawan oleh Nabi Muhammad SAW.
Kelemahan-kelemahan dalam konsepsi Sosialisme Islam Tjokro disebabkan oleh pemahaman Al Quran yang kurang mendalam. Hal ini menjadi maklum, mengingat Tjokro memang tidak menguasai bidang tafsir. Sosialisme Islam ala Tjokro dimunculkan secara tergesa-gesa karena berupaya menandingi sosialisme marxis yang telah lebih dulu muncul dan banyak disukai rakyat. Sehingga menjadi sesuatu yang wajar jika bangunan teoritisnya sangat rapuh . (Dawan Raharjo:1993:34)
Secara umum, sosialisme Islam ala Tjokroaminoto saat itu sulit dikembangkan. Hal ini didasarkan pada realitas objektif dimana sosialisme Islam Tjokro justru berbenturan dengan kehendak individu para anggota SI yang cenderung menghendaki model kapitalisme. Kondisi politik saat itu sudah tidak lagi diwarnai pergulatan mengenai sosialisme, tetapi beralih ke gerakan nasionalisme. Tjokro juga gagal menyebarluaskan gagasan Sosialisme Islam ke kelompok terpelajar yang menjadi patron utama masyarakat di arus bawah. Gagalnya sosialisme Islam masuk ke kelompok terpelajar menjadikan sosialisme Islam hanya menjadi wacana sebagian golongan. Indikator utama kegagalan sosialisme Islam Tjokro adalah kegagalan dia memimpin sarekat Islam. Sosialisme Islam Tjokro tidak mampu menjaga soliditas SI.
Terlepas dari segala kekurangan dari gagasan Sosialisme Islam Tjokroaminoto, kita patut memberikan apresiasi. Kontribusi dan gagasan Tjokro bagi bangsa Indonesia sangat besar. Sejarah menuliskan, Tjokro adalah Maha Guru bagi Founding Father Bangsa Indonesia.
Penulis: Abdul Ghofar
(Koordinator Departemen Sosial Politik PC PMII Kota Semarang 2016-2017)
COMMENTS