Repro: muafaelba/pmiisemarang Kemanusiaan yang adil dan beradab. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Keh...
Repro: muafaelba/pmiisemarang |
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Kehidupan bernegara di negeri Indonesia sesungguhnya harus
berjuang. Tak mengenal lelah apalagi santai-santai sambil makan roti di hotel berbintang
lima. Indonesia sudah banyak mengalami gejolak-gejolak sosial, ekonomi dan
politik yang satu sama lain berputar tiada henti hingga mengakibatkan
peperangan rakyat sendiri. Kemiskinan adalah "kata" yang dijadikan
sudut pandang atau tolak ukur penduduk Indonesia "hidup sejahtera".
Kemiskinan sebuah kata yang artinya ketidakpunyaan dan kesengsaraan hidup
sandang, pangan, dan papan. Negara Indonesia yang notabene penduduknya
proletariat petani menengah ke bawah yang hanya memahami tanam dan panen padi
tanpa tahu "ekonomi modern", ini menjadikan permasalahan yang serius
nan nyata sehingga kesenjangan pendapatan ekonomi menjadi garis keras pemisah
sosial yang tak terelakan, yang berimbas pada sistem kebijakan politik ekonomi
negeri Indonesia. Siapa diuntungkan atau dirugikan? Kita tidak tahu atau tidak
mau tahu? Sebab itu kepentingan kelompok yang berkomplot untuk memperkaya diri,
mereka takut hidup miskin dan susah yang dialami kaum-kaum proletariat petani
bawah. Hakikat kaki berdiri di atas bumi manusia, di situlah keadilan dan
kemartabatan hidup manusia ada nan sama.
Era modern berteknologi maju memiliki dampak negatif yang amat
serius di kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Salah satu studi kasus adalah
informasi bernuansa "SARA" yang merajalela di media informasi massa.
Maka kita selaku manusia-manusia bumi Indonesia merasa tidak tenang serta
merasa was-was yang menjelma malaikat pencabut nyawa, sana takut sini mati.
Oleh karenanya Kita rindu tentang nilai-nilai "PANCASILA" yang
esensial. Nilai-nilai pancasila yang hilang bersama waktu dengan sendirinya
oleh mereka yang berkepentingan "untuk kaya", ideologi negara sudah
tak pasti dan terjual dengan beberapa rupiah saja guna kelangsungan hidup
orang-orang tertentu.
Kita hidup di negeri para bedebah dengan tafsir
"kepentingan adalah kebenaran itu sendiri". Konsekuensinya, kita akan
mencari sendiri atau bersama-sama untuk merajut ulang nilai-nilai kemanusiaan,
yaitu kebebasan, keadilan dan kemerdekaan. Ini merupakan tugas dan
tanggungjawab sosial manusia sesamanya. Nilai-nilai kemanusiaan yang waktu ini
dijadikan transaksi ekonomi (pendapatan) oleh mereka kaum-kaum kelas atas
dengan dalil: "kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan rakyat bersama kami
siap bekerja pagi dan malam dengan baik". Husss, keadilan bukan sebatas
omong kosong yang berlalu bersama angin. Keadilan bukan sebatas wacana yang
tertembok sempit seukuran kamar tidur yaitu 1+2 meter persegi. Tetapi ia seluas
samudera kehidupan anak-anak manusia yang harus dipraksiskan bersama-sama.
Sutan Sjahrir waktu pidato kenegaraan Indonesia berkata: "Dan hanya
semangat kebangsaan yang dipikul oleh perasaan keadilan dan kemanusiaan yang
dapat mengantar kita maju dalam sejarah dunia".
Penindasan adalah sikap kita ketika diam untuk menerima sakit
atau derita setiap hari yang dilakukan oleh penindas kemudian mati merata
tanah. Bangkit, berdiri dan bergeraklah kaum-kaum tertindas untuk melawan
ketidakadilan sebab ekonomi. Mari ciptakan keadilan dan kemerdekaan guna
menegakkan harkat martabat hidup sesama manusia Indonesia. Jikalau nanti mati dalam perjuangan, kita
mati pada perjuangan hidup yang bermartabat demi kemerdekaan sesungguhnya yaitu
menegakkan keadilan dan kemerdekaan hidup. Dan Tuhan mencintainya sebab
perjuangannya.
Goenawan Mohammad dalam catatan pinggir 4 menuliskan:
"Sebab mencintai tanah air, Nak, adalah merasa jadi bagian dari sebuah
negeri, merasa terpaut dengan sebuah komunitas, merasa bahwa diri, identitas,
nasib, terajut rapat dengan sesuatu yang disebut Indonesia..... Mencintai sebuah
tanah air adalah merasakan, mungkin menyadari bahwa tak ada negeri lain, tak
ada bangsa lain, selain dari yang satu itu, yang bisa sebegitu rupa
menggerakkan hati untuk hidup, bekerja dan terutama untuk mati".
Kaca yang pecah akan menjadi seribu serpihan-serpihan kecil,
begitu juga serpihan-serpihan keadilan. Serpihan-serpihan yang berserakan
seharusnya dikumpulkan menjadi satu kembali supaya utuh dan menjadi cermin
kebaikan hidup. Serpihan-serpihan tidak akan menjadi satu yang utuh untuk kuat
bijaksana jika tidak dikerjakan mulai dari sekarang dengan hati yang tulus dan
murni serta kobaran semangat jiwa yang membara dan konsisten.
Tan Malaka berkata: "Tidak ada tuan rumah yang mau
berkompromi atau memaafkan penjahat yang mencuri dan menjarah hak milik dan hak
hidupnya". Keadilan sudah jelas tersiratkan dua poin utama untuk negeri
Indonesia ini yang dirumuskan oleh bapak-bapak pejuang kemerdekaan, yaitu dalam
Pancasila yang tertuliskan: "Kemanusiaan yang adil dan beradab. Serta
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia".
Perjuangan adalah manifesto wacana ilmu pengetahuan untuk
keadilan sosial.
Arif Hidayat
Kader PMII Walisongo Semarang
COMMENTS